ASUHAN
KEPERAWATAN LANSIA DENGAN PENYAKIT KRITIS
PAPER
Oleh :
Darul Muttaqin
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
PRODI S1 KEPERAWATAN TAHUN 2012
ASUHAN
KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN PENYAKIT KRITIS
A. Latar Belakang
Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan
progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat
irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses
alami yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun
sosial akan saling berinteraksi satu sama lain . Proses menua yang terjadi pada
lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment),
keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability),
dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses
kemunduranhttp://inna-ppni.or.id/index.php .
Keperawatan gerontik berkisar pada pengkajian
kesehatan dan status fungsional lansia, diagnosa, perencanaan dan implementasi
perawatan dan pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan yang
teridentifikasi; dan mengevaluasi kekefektivan perawatan tersebut (Potter &
Perry, 2005).
Keperawatan gerontik secara holistik menggabungkan
aspek pengetahuan dan ketrampilan dari berbagai macam disiplin ilmu dalam
mempertahankan kondisi kesehatan fisik, mental, sosial, dan spiritual lansia.
Hal ini diupayakan untuk memfasilitasi lansia ke arah perkembangan kesehatan
yang lebih optimum, dengan pendekatan pada pemulihan kesehatan, memaksimalkan
kualitas hidup lansia baik dalam kondisi sehat, sakit maupun kelemahan serta
memberikan rasa aman, nyaman, terutama dalam menghadapi kematian.
Hal yang pertama perawat lakukan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada lansia adalah pengkajian. Menurut Potter & Perry,
(2005), pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,
verifikasi dan komunikasi data tentang klien. Proses keperawatan ini mencakup
dua langkah yaitu pengumpulan data dari sumber primer (kliaen) dan sumber
skunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisis data sebagai dasar untuk
diagnosa keperawatan.
Tujuan dari pengkajian adalah menetapkan dasar data
tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang berkaitan, praktik
kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan klien. Pengumpulan data
harus berhubungan dengan masalah kesehatan terutama dengan masalah kesehatan
utama yang dimiliki pasien, sehingga data yang didapatkan relevan dengan asuhan
keperawatan yang akan dijalankan pada pasien tersebut. Penggunaan format
pengkajian standarisasi dianjurkan, karena dapat memberikan tanggung gugat
minimal dari profesi keperawatan. Penggunaan format pun memastikan pengkajian
pada tingkat yang komprehensif (Potter & Perry, 2005).
Pernahkah kita menghitung berapa persen orang yang
menderita penyakit kritis pada masa lansia? dengan semakin rendahnya kualitas
lingkungan, makanan dengan bahan pengawet dan zat kimia, rasio ini semakin hari
semakin tinggi. Jantung, kanker, stroke, sudah menjadi bahasa sehari2 penyiar
berita. Berapa banyak orang disekitar kita yang menderita penyakit kritis?
Me-manage resiko adalah bagian yang tidak
terpisahkan dalam kehidupan sekarang. Dan ini adalah fungsi asuransi yang
sangat penting. Dengan berasuransi berarti kita menimalkan dampak resiko dan
mengalihkannya kepada pihak lain.
A. Defenisi
Gerontik ® Gerontologi + Geriatrik. Keperawatan Gerontik adalah suatu pelayanan profesional yang berdasarkan
ilmu & kiat/tehnik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosial-spritual
& kultural yang holistic yang di tujukan pd klien lanjut usia baik sehat
maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Menua
(menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000).
Penyakit
Kritis adalah penyakit yang diderita oleh individu yang
sewaktu-waktu dapat mangancam jiwa, maupun mengancam financial.
B. Klasifikasi Lansia
DepKes RI
membagi Lansia sbb :
1. Kel.
Menjelang Usia lanjut (45-54 th) sbg masa vibrilitas
2. Kel. Usia
Lanjut (55-64 th) sbg Presenium
3. Kel. Usia
Lanjut (65 th <) sbg Masa Senium
Sedangkan WHO Lansia dibagi menjadi
3 kategori yaitu :
1.
Usia Lanjut ® 60 -70 th
2.
Usia Tua ® 75 – 89 th
3.
Usia sangat lanjut ® > 90 th.
Prosedur pelayanan gadar meliputi
rangkaian :
1.
Fase pra RS : ditolong oleh
·
Orang awam
·
Polisi, SAR, Hansip, DPK
·
Ambulance 118
2. Fase RS,
pertolongan di
·
IGD
·
ICU
·
Ruang rawat
3. Fase post RS
:
·
Sembuh
·
Sembuh cacat
·
Meninggal dunia
C. Diagnosis Penyakit Pada Lansia
Membuat diagnosa penyakit pada lansia
pada umumnya lebih sukar dibandingkan pasien usia remaja atau dewasa. Oleh
karena menegakkan diagnosis pasien lansia kita perlu melakukan observasi
penderita agak lebih lama, sambil dengan mengamati dengan cermat tanda-tanda
dan gejala-gejala penyakitnya yang juga sering kali tidak nyata. Dalam hal ini allo-
anamneses dari keluarga harus digali. Seringkali sebab penyakitnya bersifat
berganda dan kumulatif, terlapes satu sama lain ataupun saling mempengaruhi timbulnya (Suriyadi, 2003)
D. Penyakit Kritis Yang Diderita
Lansia
1.
Stroke
2.
Diabetes Tipe 2
3.
Osteoporosis
4.
Kanker Payudara
5.
Alzheimer
6.
Melanoma
7.
Hipertensi
8.
Gagal jantung kongesti
9.
Athritis
10. Penyakit
arteri koroner
11. Osteoarthritis
12. Aterosklerosis
13. Kanker
14. Dan
lain-lain
(Vivanews, 2012)
E.
Asuhan
Keperawatan
Keperawatan lanjut usia berfokus
pada :
1.
Peningkatan
kesehatan (helth promotion)
2.
Pencegahan
penyakit (preventif)
3.
Mengoptimalkan
fungsi mental
4.
Mengatasi
gangguan kesehatan yang umum.
5.
Mencegah
terjadinya penyakit yang berujung kritis
6.
Meningkatkan
QOL (Quality Of Life) sehingga penyakit kritis dapat dicegah
a. Dx
: Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak mampu dalam
memasukkan, memasukan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena factor biologi.
NOC 1: Status Nutrisi
Setelah
dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien diharapkan mampu:
1. Asupan nutrisi tidak bermasalah
2. Asupan makanan dan cairan tidak
bermasalah
3. Energy tdak bermasalah
4. Berat badan ideal
NIC 1 : Manajemen ketidakteraturan
makan (eating disorder management)
1.
Kolaborasi
dengan anggota tim kesehatan untuk memuat perencanaan perawatan jika sesuai.
2.
Diskusikan
dengan tim dan pasien untuk membuat target berat badann, jika berat badan
pasien tdak sesuia dengan usia dan bentuk tubuh.
3.
Diskusikan
dengan ahli gizi untuk menentukan asupan kalori setiap hari supaya mencapai dan
atau mempertahankan berat badan sesuai target.
4.
Ajarkan
dan kuatkan konsep nutrisi yang baik pada pasien
5.
Kembangkan
hubungan suportif dengna pasien
6.
Dorong
pasien untuk memonitor diri sendiri terhadap asupan makanan dan kenaikan atau
pemeliharaan berat badan
7.
Gunakan
teknik modifikasi tingkah laku untuk meningkatkan berat badan dan untuk
menimimalkan berat badan.
8.
Berikan
pujian atas peningkatan berat badan dan tingkah laku yang mendukung peningkatan
berat badan.
b. Dx.
Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan
neuromuskular yang ditandai dengan waktu yang diperlukan ke toilet melebihi
waktu untuk menahan pengosongan bladder dan tidak mampu mengontrol pengosongan.
NOC 2 : Setelah dilakukan
intervensi keperawatan selama 3×24 jam diharapkan pasien mampu
1. Kontinensia
Urin
2. Merespon
dengan cepat keinginan buang air kecil (BAK).
3. Mampu
mencapai toilet dan mengeluarkan urin secara tepat waktu.
4. Mengosongkan
bladde dengan lengkap.
5. Mampu
memprediksi pengeluaran urin.
NIC
2 : Perawatan Inkontinensia Urin
1. Monitor
eliminasi urin
2. Bantu
klien mengembangkan sensasi keinginan BAK.
3. Modifikasi
baju dan lingkungan untuk memudahkan klien ke toilet.
4. Instruksikan
pasien untuk mengonsumsi air minum sebanyak 1500 cc/hari.
c. Dx.
Kelemahan mobilitas fisik b.d kerusakan musculoskeletal dan neuromuscular
NOC 3 : Level Mobilitas (
Mobility Level )
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat :
1. Memposisikan
penampilan tubuh
2. Ambulasi
: berjalan
3. Menggerakan
otot
4. Menyambung
gerakan/mengkolaborasikan gerakan
NIC
3 : Latihan
dengan Terapi Gerakan ( Exercise Therapy Ambulation )
1. Kosultasi
kepada pemberi terapi fisik mengenai rencana gerakan yang sesuai dengan
kebutuhan
2. Dorong
untuk bergerak secara bebas namun masih dalam batas yang aman
3. Gunakan
alat bantu untuk bergerak, jika tidak kuat untuk berdiri (mudah goyah/tidak
kokoh)
d. Dx.
Kelelahan b.d kondisi fisik kurang
NOC
:
Activity Tolerance
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat:
1. Memonitor
usaha bernapas dalam respon aktivitas
2. Melaporkan
aktivitas harian
3. Memonitor
ECG dalam batas normal
4. Memonitor
warna kulit
NIC
: Energy Management
1. Monitor
intake nutrisi untuk memastikan sumber energi yang adekuat
2. Tentukan
keterbatasan fisik pasien
3. Tentukan
penyebab kelelahan
4. Bantu
pasien untuk jadwal istirahat
e. Dx.
Risiko kerusakan integritas kulit
NOC : Kontrol Risiko (
risk control )
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat :
1. Kontrol
perubahan status kesehatan
2. Gunakan
support system pribadi untuk mengontrol risiko
3. Mengenal
perubahan status kesehatan
4. Monitor
factor risiko yang berasal dari lingkungan
NIC
: penjagaan terhadap kulit ( skin surveillance )
1. Monitor
area kulit yang terlihat kemerahan dan adanya kerusakan
2. Monitor
kulit yang sering mendapat tekanan dan gesekan
3. Monitor
warna kulit
4. Monitor
suhu kulit
5. Periksa
pakaian, jika pakaian terlihat terlalu ketat
0 komentar:
Posting Komentar