Suatu sistem seleksi penderita yang menjamin supaya tidak
ada penderita yang tidak mendapat perawatan (kapukonline.com). Sebuah tindakan
pengelompokan pasien berdasarkan berat ringannya kasus, harapan hidup dan
tingkat keberhasilan yang akan dicapai sesuai dengan standar pelayanan UGD yang
dimiliki (kompasiana.com)
Triage is derived from french word, “trier,” meaning to
sort out. It was first used by the
french military during world war I, when victim were sorted and clasified according
to the type and urgency of their condition for the purpose of determining
medical treatment priorities (Grossman, 2003)
Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi
mengancam nyawa . Tujuan kedua adalah untuk memprioritaskan pasien menurut ke akutannya
. Pengkatagorian mungkin ditentukan sewaktu-waktu. Jika ragu, pilih prioritas
yang lebih tinggi untuk menghindari penurunan triage.
B. Golongan Triage
Dalam
triage ada 5 golongan
1. Golongan
I (Label Hijau) :
Penderita tidak luka / menderita gangguan
jiwa sehingga tidak memerlukan tindakan bedah.
2. Golongan
II (Label Kuning) :
Penderita dengan luka ringan dan memerlukan
tindakan bedah minor.
3. Golongan
III (Label Merah) :
Penderita keadaan luka berat / syok.
4. Golongan
IV (Label Putih) :
Penderita dengan luka berat tetapi sulit
ditolong
5. Golongan
V (Label Hitam) :
Penderita meninggal dunia
C. Sistem Triage
Sistem
triage ada 2 yaitu :
1. Non
Disaster
Untuk menyediakan perawatan sebaik mungkin
bagi setiap individu pasien
2. Disaster
Untuk menyediakan perawatan yang lebih
efektif untuk pasien dalam jumlah banyak
D. Tipe-tipe Triage di Rumah Sakit
1. Type 1 : Traffic Director or Non Nurse
a. Hampir
sebagian besar berdasarkan system triage
b. Dilakukan
oleh petugas yang tak berijasah
c. Pengkajian
minimal terbatas pada keluhan utama dan seberapa sakitnya
d. Tidak
ada dokumentasi
e. Tidak
menggunakan protocol
2. Type 2 : Cek Triage Cepat
a. Pengkajian
cepat dengan melihat yang dilakukan perawat beregristrasi atau dokter
b. Termasuk
riwayat kesehatan yang berhubungan dengan keluhan utama
c. Evaluasi
terbatas
d. Tujuan
untuk meyakinkan bahwa pasien yang lebih serius atau cedera mendapat perawatan
pertama
3. Type 3 : Comprehensive Triage
a. Dilakukan
oleh perawat dengan pendidikan yang sesuai dan berpengalaman
b. 4
sampai 5 sistem katagori
c. Sesuai
protokol
E. Klasifikasi Triage Berdasarkan Kasus
1. Prioritas 1 – Kasus Berat
a. Perdarahan
berat
b. Asfiksia,
cedera cervical, cedera pada maxilla
c. Trauma
kepala dengan koma dan proses shock yang cepat
d. Fraktur
terbuka dan fraktur compound
e. Luka
bakar > 30 % / Extensive Burn
f. Shock
tipe apapun
2. Prioritas 2 – Kasus Sedang
a. Trauma
thorax non asfiksia
b. Fraktur
tertutup pada tulang panjang
c. Luka
bakar terbatas
d. Cedera
pada bagian / jaringan lunak
3. Prioritas 3 – Kasus Ringan
a. Minor
injuries
b. Seluruh
kasus-kasus ambulant / jalan
4. Prioritas 0 – Kasus Meninggal
a. Tidak
ada respon pada semua rangsangan
b. Tidak
ada respirasi spontan
c. Tidak
ada bukti aktivitas jantung
d. Tidak
ada respon pupil terhadap cahaya
MANAJEMEN GAWAT
DARURAT
A. Defenisi Manajemen Gawat Darurat
Manajemen Gawat Darurat
Dalam sebuah pelayanan kesehatan tentunya
juga tidak terlepas dari sebuah unit yang menangani kegawatdaruratan dan
di rumah sakit biasa kita kenal dengan nama dan istilah Unit Gawat Darurat (UGD).
B. Prinsip
Manajemen Gawat Darurat
1. Bersikap
tenang tapi cekatan dan berpikir sebelum bertindak (jangan panik).
2. Sadar
peran perawat dalam menghadapi korban dan wali ataupun saksi.
3. Melakukan
pengkajian yang cepat dan cermat terhadap masalah yang mengancam jiwa (henti
napas, nadi tidak teraba, perdarahan hebat, keracunan).
4. Melakukan
pengkajian sistematik sebelum melakukan tindakan secara menyeluruh. Pertahankan
korban pada posisi datar atau sesuai (kecuali jika ada ortopnea), lindungi
korban dari kedinginan.
5. Jika
korban sadar, jelaskan apa yang terjadi, berikan bantuan untuk menenangkan dan
yakinkan akan ditolong.
6. Hindari
mengangkat/memindahkan yang tidak perlu, memindahkan jika hanya ada kondisi
yang membahayakan.
7. Jangan
diberi minum jika ada trauma abdomen atau perkiraan kemungkinan tindakan
anastesi umum dalam waktu dekat.
8. Jangan
dipindahkan (ditransportasi) sebelum pertolongan pertama selesai dilakukan dan
terdapat alat transportasi yang memadai.
C. Kesiapan
Dalam Gawat Darurat
1. Siap
mental, dalam arti bahwa ”emergency can not wait”. Setiap unsur yang terkait
termasuk perawat harus
menghayati bahwa aritmia dapat membawa kematian dalam 1 – 2 menit. Apnea atau
penyumbatan jalan napas dapat mematikan dalam 3 menit.
2. Siap
pengetahuan dan ketrampilan. Perawat harus mempunyai bekal pengetahuan teoritis
dan patofisiologi berbagai penyakit organ tubuh penting. Selain itu juga
keterampilan manual untuk pertolongan pertama.
3. Siap
alat dan obat. Pertolongan pasien gawat darurat tidak dapat dipisahkan dari
penyediaan/logistik peralatan dan obat-obatan darurat.
D. Urutan
Pertolongan Dalam Keadaan Gawat Darurat
1. Bila
mungkin, minta orang lain untuk memanggil dokter/ambulan sementara anda
melakukan pertolongan pertama.
2. Periksa
pernafasan. Bila berhenti, segera mulai dengan pernafasan dari (resusitas) mulut
ke mulut. Prioritas utama adalah mengusahakan penderita bernafas kembali
kecuali pada penderita kasus tersedak.
3. Periksa
adanya perdarahan hebat. Bila ada, hentikan perdarahan
4. Bila
menduga adanya cedera tulang, belakang, jangan merubah posisi penderita.
(Cidera tulang belakang bisa terjadi bila penderita jatuh dari tempat tinggi,
kecelakaan lalu lintas yang serius, atau mengalami rasa kebal/hilang rasa/tidak
bisa menggerakkan anggota tubuh atas ataupun bawah).
5. Bila
penderita pingsan tetapi pernafasan normal tanpa cedera tulang belakang,
baringkan dalam posisi istirahat.
6. Jangan
meninggalkan penderita sebelum petugas medis datang. Bila anda sendirian dan
tidak mungkin memanggil petugas medis, tetapi tidak ada cedera tulang belakang
dan keadaan penderita cukup stabil, bawa penderita ke Unit gawat darurat di
rumah sakit/Puskesmas terdekat.
0 komentar:
Posting Komentar