Blogroll

Pages

Kamis, 06 Desember 2012

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN PENYAKIT KRITIS


ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN PENYAKIT KRITIS
PAPER





Oleh :
Darul Muttaqin




 




SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK
PRODI S1 KEPERAWATAN TAHUN 2012





ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN PENYAKIT KRITIS


A.    Latar Belakang
Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial akan saling berinteraksi satu sama lain . Proses menua yang terjadi pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduranhttp://inna-ppni.or.id/index.php  .
Keperawatan gerontik berkisar pada pengkajian kesehatan dan status fungsional lansia, diagnosa, perencanaan dan implementasi perawatan dan pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan yang teridentifikasi; dan mengevaluasi kekefektivan perawatan tersebut (Potter & Perry, 2005).
Keperawatan gerontik secara holistik menggabungkan aspek pengetahuan dan ketrampilan dari berbagai macam disiplin ilmu dalam mempertahankan kondisi kesehatan fisik, mental, sosial, dan spiritual lansia. Hal ini diupayakan untuk memfasilitasi lansia ke arah perkembangan kesehatan yang lebih optimum, dengan pendekatan pada pemulihan kesehatan, memaksimalkan kualitas hidup lansia baik dalam kondisi sehat, sakit maupun kelemahan serta memberikan rasa aman, nyaman, terutama dalam menghadapi kematian.
Hal yang pertama perawat lakukan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lansia adalah pengkajian. Menurut Potter & Perry, (2005), pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data tentang klien. Proses keperawatan ini mencakup dua langkah yaitu pengumpulan data dari sumber primer (kliaen) dan sumber skunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisis data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan.
Tujuan dari pengkajian adalah menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang berkaitan, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan klien. Pengumpulan data harus berhubungan dengan masalah kesehatan terutama dengan masalah kesehatan utama yang dimiliki pasien, sehingga data yang didapatkan relevan dengan asuhan keperawatan yang akan dijalankan pada pasien tersebut. Penggunaan format pengkajian standarisasi dianjurkan, karena dapat memberikan tanggung gugat minimal dari profesi keperawatan. Penggunaan format pun memastikan pengkajian pada tingkat yang komprehensif (Potter & Perry, 2005).
Pernahkah kita menghitung berapa persen orang yang menderita penyakit kritis pada masa lansia? dengan semakin rendahnya kualitas lingkungan, makanan dengan bahan pengawet dan zat kimia, rasio ini semakin hari semakin tinggi. Jantung, kanker, stroke, sudah menjadi bahasa sehari2 penyiar berita. Berapa banyak orang disekitar kita yang menderita penyakit kritis?
Me-manage resiko adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sekarang. Dan ini adalah fungsi asuransi yang sangat penting. Dengan berasuransi berarti kita menimalkan dampak resiko dan mengalihkannya kepada pihak lain.

A.    Defenisi
Gerontik ® Gerontologi + Geriatrik. Keperawatan Gerontik adalah suatu pelayanan profesional yang berdasarkan ilmu & kiat/tehnik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosial-spritual & kultural yang holistic yang di tujukan pd klien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000).
Penyakit Kritis adalah penyakit yang diderita oleh individu yang sewaktu-waktu dapat mangancam jiwa, maupun mengancam financial.


B.     Klasifikasi Lansia
DepKes RI membagi Lansia sbb :
1.      Kel. Menjelang Usia lanjut (45-54 th) sbg masa vibrilitas
2.      Kel. Usia Lanjut (55-64 th) sbg Presenium
3.      Kel. Usia Lanjut (65 th <) sbg Masa Senium
Sedangkan WHO Lansia dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
1.      Usia Lanjut ® 60 -70 th
2.      Usia Tua ® 75 – 89 th
3.      Usia sangat lanjut ® > 90 th.
Prosedur pelayanan gadar meliputi rangkaian :
1.      Fase pra RS : ditolong oleh
·         Orang awam
·         Polisi, SAR, Hansip, DPK
·         Ambulance 118
2.      Fase RS, pertolongan di
·         IGD
·         ICU
·         Ruang rawat
3.      Fase post RS :
·         Sembuh
·         Sembuh cacat
·         Meninggal dunia

C.    Diagnosis Penyakit Pada Lansia
Membuat diagnosa penyakit pada lansia pada umumnya lebih sukar dibandingkan pasien usia remaja atau dewasa. Oleh karena menegakkan diagnosis pasien lansia kita perlu melakukan observasi penderita agak lebih lama, sambil dengan mengamati dengan cermat tanda-tanda dan gejala-gejala penyakitnya yang juga sering kali tidak nyata. Dalam hal ini allo- anamneses dari keluarga harus digali. Seringkali sebab penyakitnya bersifat berganda dan kumulatif, terlapes satu sama lain ataupun saling mempengaruhi timbulnya (Suriyadi, 2003)

D.    Penyakit Kritis Yang Diderita Lansia
1.      Stroke
2.      Diabetes Tipe 2
3.      Osteoporosis
4.      Kanker Payudara
5.      Alzheimer
6.      Melanoma
7.      Hipertensi
8.      Gagal jantung kongesti
9.      Athritis
10.  Penyakit arteri koroner
11.  Osteoarthritis
12.  Aterosklerosis
13.  Kanker
14.  Dan lain-lain
(Vivanews, 2012)

E.     Asuhan Keperawatan
Keperawatan lanjut usia berfokus pada :
1.      Peningkatan kesehatan (helth promotion)
2.      Pencegahan penyakit (preventif)
3.      Mengoptimalkan fungsi mental
4.      Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.
5.      Mencegah terjadinya penyakit yang berujung kritis
6.      Meningkatkan QOL (Quality Of Life) sehingga penyakit kritis dapat dicegah
a.       Dx : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak mampu dalam memasukkan, memasukan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena factor biologi.
NOC 1: Status Nutrisi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien diharapkan mampu:
1.      Asupan nutrisi tidak bermasalah
2.      Asupan makanan dan cairan tidak bermasalah
3.      Energy tdak bermasalah
4.      Berat badan ideal
NIC 1 : Manajemen ketidakteraturan makan (eating disorder management)
1.      Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan untuk memuat perencanaan perawatan jika sesuai.
2.      Diskusikan dengan tim dan pasien untuk membuat target berat badann, jika berat badan pasien tdak sesuia dengan usia dan bentuk tubuh.
3.      Diskusikan dengan ahli gizi untuk menentukan asupan kalori setiap hari supaya mencapai dan atau mempertahankan berat badan sesuai target.
4.      Ajarkan dan kuatkan konsep nutrisi yang baik pada pasien
5.      Kembangkan hubungan suportif dengna pasien
6.      Dorong pasien untuk memonitor diri sendiri terhadap asupan makanan dan kenaikan atau pemeliharaan berat badan
7.      Gunakan teknik modifikasi tingkah laku untuk meningkatkan berat badan dan untuk menimimalkan berat badan.
8.      Berikan pujian atas peningkatan berat badan dan tingkah laku yang mendukung peningkatan berat badan.
b.      Dx. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan   neuromuskular yang ditandai dengan waktu yang diperlukan ke toilet melebihi waktu untuk menahan pengosongan bladder dan tidak mampu mengontrol pengosongan.
NOC 2 : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3×24 jam diharapkan pasien mampu
1.      Kontinensia Urin
2.      Merespon dengan cepat keinginan buang air kecil (BAK).
3.      Mampu mencapai toilet dan mengeluarkan urin secara tepat waktu.
4.      Mengosongkan bladde dengan lengkap.
5.      Mampu memprediksi pengeluaran urin.
NIC 2 : Perawatan Inkontinensia Urin
1.      Monitor eliminasi urin
2.      Bantu klien mengembangkan sensasi keinginan BAK.
3.      Modifikasi baju dan lingkungan untuk memudahkan klien ke toilet.
4.      Instruksikan pasien untuk mengonsumsi air minum sebanyak 1500 cc/hari.


c.       Dx. Kelemahan mobilitas fisik b.d kerusakan musculoskeletal dan neuromuscular
NOC 3 : Level Mobilitas ( Mobility Level )
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat :
1.      Memposisikan penampilan tubuh
2.      Ambulasi : berjalan
3.      Menggerakan otot
4.      Menyambung gerakan/mengkolaborasikan gerakan
NIC 3 : Latihan dengan Terapi Gerakan ( Exercise Therapy Ambulation )
1.      Kosultasi kepada pemberi terapi fisik mengenai rencana gerakan yang sesuai dengan kebutuhan
2.      Dorong untuk bergerak secara bebas namun masih dalam batas yang aman
3.      Gunakan alat bantu untuk bergerak, jika tidak kuat untuk berdiri (mudah goyah/tidak kokoh)

d.      Dx. Kelelahan b.d kondisi fisik kurang
NOC : Activity Tolerance
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat:
1.      Memonitor  usaha bernapas dalam respon aktivitas
2.      Melaporkan aktivitas harian
3.      Memonitor ECG dalam batas normal
4.      Memonitor warna kulit
NIC : Energy Management
1.      Monitor intake nutrisi untuk memastikan sumber energi yang adekuat
2.      Tentukan keterbatasan fisik pasien
3.      Tentukan penyebab kelelahan
4.      Bantu pasien untuk jadwal  istirahat

e.       Dx. Risiko kerusakan integritas kulit
NOC : Kontrol Risiko ( risk control )
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat :
1.      Kontrol perubahan status kesehatan
2.      Gunakan support system pribadi untuk mengontrol risiko
3.      Mengenal perubahan status kesehatan
4.      Monitor factor risiko yang berasal dari lingkungan
NIC : penjagaan terhadap kulit ( skin surveillance )
1.      Monitor area kulit yang terlihat kemerahan dan adanya kerusakan
2.      Monitor kulit yang sering mendapat tekanan dan gesekan
3.      Monitor warna kulit
4.      Monitor suhu kulit
5.      Periksa pakaian, jika pakaian terlihat terlalu ketat