BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur
yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan
ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini
disebut sebagai Kehamilan Ektopik Terganggu.
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di
tuba (90%) terutama di ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium,
rongga abdomen, maupun uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya
kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada
penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra
Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas,
kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi.
Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat
pada semua wanita terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain
itu, adanya kecenderungan pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai
usia yang cukup lanjut menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda.
Kehamilan ektopik terganggu menyebabkan keadaan gawat
pada reproduksi yang sangat berbahaya. Berdasarkan data dari The Centers for
Disease Control and Prevention menunjukkan bahwa kehamilan ektopik di Amerika
Serikat meningkat drastis pada 15 tahun terakhir. Menurut data statistik pada
tahun 1989, terdapat 16 kasus kehamilan ektopik terganggu dalam 1000
persalinan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Cuningham pada tahun 1992
dilaporkan kehamilan ektopik terganggu ditemukan 19,7 dalam 100 persalinan.
Dari penelitian yang dilakukan Budiono Wibowo di RSUP
Cipto Mangunkusumo (RSUPCM) Jakarta pada tahun 1987 dilaporkan 153 kehamilan
ektopik terganggu dalam 4007 persalinan, atau 1 dalam 26 persalinan. Ibu yang
mengalami kehamilan ektopik terganggu tertinggi pada kelompok umur 20-40 tahun
dengan umur rata-rata 30 tahun. Frekuensi kehamilan ektopik yang berulang
dilaporkan berkisar antara 0% sampai 14.6% (1). Kasus kehamilan ektopik
terganggu di RSUP dr. M. Djamil padang selama 3 tahun (tahun 1992-1994)
ditemukan 62 kasus dari 10.612 kehamilan.
Menurut data yang diperoleh dari di Ruang Camar III
bagian Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, kasus
kehamilan ektopik menduduki peringkat ke-8 dari 10 kasus Ginekologi terbanyak
pada tahun 2004. Pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut tantang masalah
Kehamilan Ektopik Terganggu.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
teori dasar dari KET ?
2. Apakah
asuhan keperawatan dari KET?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui
teori dasar dari KET
2. Mengetahui
asuhan keperawatan dari KET
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Defenisi
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang tempat
implantasi/ nidasi/ melekatnya buah kehamilan di luar tempat yang normal, yakni
di luar rongga rahim. Sedangkan yang disebut sebagai Kehamilan Ektopik
Terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang mengalami abortus ruptur pada
dinding tuba.
Suatu kehamilan disebut kehamilan ektopik bila zigot terimplantasi di lokasi-lokasi selain cavum uteri, seperti di ovarium, tuba, serviks, bahkan rongga abdomen. Istilah Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) merujuk pada keadaan di mana timbul gangguan pada kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus maupun ruptur yang menyebabkan penurunan keadaan umum pasien.
Suatu kehamilan disebut kehamilan ektopik bila zigot terimplantasi di lokasi-lokasi selain cavum uteri, seperti di ovarium, tuba, serviks, bahkan rongga abdomen. Istilah Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) merujuk pada keadaan di mana timbul gangguan pada kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus maupun ruptur yang menyebabkan penurunan keadaan umum pasien.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang
dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri, kehamilan
ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga
perut. Tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa
misalnya dengan servik atau dalam tanduk rudimeter rahim.
B.
Etiologi
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku Ilmu Kebidanan (1976)
dan Ilmu Kandungan 1989 adalah :
Penyebab
kehamilan ektopik banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak di
ketahui, tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur di bagian ampula tuba
dan di dalam perjalanan ke uterus terus mengalami hambatan sehingga pada saat
nidasi masaih di tuba.
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku Ilmu Kebidanan (1976)
Di antara sebab-sebab yang menghambat perjalanan ovum ke uterus sehingga mengadakan
implantasi di tuba:
1. Migratio
Externa adalah perjalanan telur panjang terbentuk trofoblast sebelum telur ada
cavum uteri.
2. Pada
hipoplasia lumen tuba sempit dan berkelok-kelok dan hal ini sering di sertai
gangguan fungsi silia endosalping.
3. Operasi
plastic tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba
menyempit
4. Bekas
radang pada tuba: disini radang menyebabkan perubahan pada endosalping sehingga
walaupun fertilisasi masih dapat terjadi gerakan ovum ke uterus lambat.
5. Kelainan
bawaan pada tuba, antara lain difertikulum, tuba sangat panjang dsb.
6. Gangguan
fisilogis tuba karna pengaruh hormonal, perlekatan perituba. Tumor yang menekan
dinding tuba dapat menyempitkan lumen tubuh.
7. Abortus
buatan.
C.
Epidemiologi
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik
berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Lebih dari 60%
kehamilan ektopik terjadi pada wanita 20-30 tahun dengan sosio-ekonomi rendah
dan tinggal didaerah dengan prevalensi gonore dan prevalensi tuberkulosa yang
tinggi. Pemakaian antibiotik pada penyakit radang panggul dapat meningkatkan
kejadian kehamilan ektopik terganggu. Diantara kehamilan-kehamilan ektopik
terganggu, yang banyak terjadi ialah pada daerah tuba (90%).
Antibiotik dapat mempertahankan terbukanya tuba yang
mengalami infeksi tetapi perlengketan menyebabkan pergerakan silia dan
peristaltik tuba terganggu sehingga menghambat perjalanan ovum yang dibuahi
dari ampula ke rahim dan berimplantasi ke tuba.
Penelitian Cunningham Di Amerika Serikat melaporkan bahwa
kehamilan etopik terganggu lebih sering dijumpai pada wanita kulit hitam dari
pada kulit putih karena prevalensi penyakit peradangan pelvis lebih banyak pada
wanita kulit hitam. Frekuensi kehamilan ektopik terganggu yang berulang adalah
1-14,6%.
Di negara-negara berkembang, khususnya di Indonesia, pada
RSUP Pringadi Medan (1979-1981) frekuensi 1:139, dan di RSUPN Cipto Magunkusumo
Jakarta (1971-1975) frekuensi 1:24 , sedangkan di RSUP. DR. M. Djamil Padang
(1997-1999) dilaporkan frekuensi 1:110.
Kontrasepsi IUD juga dapat mempengaruhi frekuensi
kehamilan ektopik terhadap persalinan di rumah sakit. Banyak wanita dalam masa
reproduksi tanpa faktor predisposisi untuk kehamilan ektopik membatasi
kelahiran dengan kontrasepsi, sehingga jumlah persalinan turun, dan frekuensi
kehamilan ektopik terhadap kelahiran secara relatif meningkat. Selain itu IUD
dapat mencegah secara efektif kehamilan intrauterin, tetapi tidak mempengaruhi
kejadian kehamilan ektopik.
Menurut penelitian Abdullah dan kawan-kawan (1995-1997)
ternyata paritas 0-3 ditemukan peningkatan kehamilan ektopik terganggu. Pada
paritas >3-6 terdapat penurunan kasus kehamilan ektopik terganggu.
Cunningham dalam bukunya menyatakan bahwa lokasi kehamilan ektopik terganggu
paling banyak terjadi di tuba (90-95%), khususnya di ampula tuba (78%) dan
isthmus (2%). Pada daerah fimbrae (5%), intersisial (2-3%), abdominal (1-2%),
ovarium (1%), servikal (0,5%) (5)
D.
Manifestasi
Klinis
1. Amenore
2. Gejala kehamilan muda
3. Nyeri perut bagian bawah, pada ruptur tuba nyeri terjadi
tiba-tiba dan hebat, menyebabkan penderita pingsan sampai shock. Pada Abortus
tuba nyeri mula-mula pada satu sisi, menjalar ke tempat lain. Bila darah sampai
diafragma bisa menyebabkan nyeri bahu dan bila terjadi hematokel retrouterina
terdapat nyeri defekasi,
4. Perdarahan pervapina berwarna cokelat tua.
5. Pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang bila
serviks digerakkan, nyeri pada perabaan dan kavum douglasi menonjol karena ada
bekuan darah (Mansjoer A, 2000 ; 267).
E.
Pemeriksaan
Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan darah lengkap
3. Pemeriksaan kadar hormon progesteron
4. Pemeriksaan kadar HCG serum
5. Pemeriksaan golongan darah
6. Kuldosentesis (Pengambilan cairan peritoneal dari ekstra
vasio rektou terina (ruang Douglas), melalui tindakan pungsi melalui dinding
vagina).
7. Ultrasonografi (USG)
BAB IV
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Nama Sebagai identitas bagi pelayanan kesehatan/Rumah
Sakit/ Klinik atau catat apakah klien pernah dirawat disini atau tidak.
b. Umur
Digunakan sebagai
pertimbangan dalam memberikan terapi dan tindakan, juga sebagai acuan pada umur
berapa penyakit/kelainan tersebut terjadi. Pada keterangan sering terjadi pada
usia produktif 25 - 45 tahun (Prawiroharjo S, 1999 ; 251).
c. Alamat
Sebagai gambaran tentang
lingkungan tempat tinggal klien apakah dekat atau jauh dari pelayanan kesehatan
khususnya dalam pemeriksaan kehamilan.
d. Pendidikan.
Untuk mengetahui tingkat
pengetahuan klien sehingga akan memudahkan dalam pemberian penjelasan dan pengetahuan
tentang gejala / keluhan selama di rumah atau Rumah Sakit.
e. Status Perkawinan
Dengan status perkawinan
mengetahui berapa kali klien mengalami kehamilan (KET) atau hanya sakit karena
penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan
f.
Agama
Untuk mengetahui
gambaran dan spiritual klien sehingga memudahkan dalam memberikan bimbingan
keagamaan.
g. Nama Suami
Agar diketaui siapa yang
bertanggung jawab dalam pembiayaan dan pemberian persetujuan dalam perawatan.
h. Pekerjaan
Untuk mengetahui keadaan
aktivitas sehari-hari dari klien, sehingga memungkinkan menjadi faktor resiko
terjadinya KET.
2. Keluhan Utama
Nyeri hebat pada perut
bagian bawah dan disertai dengan perdarahan selain itu klien ammeorrhoe.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Awalnya wanita mengalami
ammenorrhoe beberapa minggu kemudian disusul dengan adanya nyeri hebat seperti
disayat-sayat pada mulanya nyeri hanya satu sisi ke sisi berikutnya disertai
adanya perdarahan pervagina
a. Kadang disertai muntah
b. Keadaan umum klien lemah dan adanya shock
c. Terkumpulnya darah di rongga perut:
d. Menegakkan
dinding perut Nyeri
Dapat juga menyebabkan
nyeri hebat sehingga klien pingsan
Perdarahan terus menerus kemungkinan terjadi shock hipovolemik.
4. Riwayat Penyakit Masa lalu
a. Mencari
faktor pencetus misalnya adanya riwayat endomatritis, addresitis menyebabkan perlengkapan
endosalping.
Tuba menyempit / membantu.
b. Endometritis endometritis
tidak baik bagian nidasi.
5. Status
Genekologi
a. Usia perkawinan
Sering
terjadi pada usia produktif 25 - 45 tahun, berdampak bagi psikososial, terutama
keluarga yang masih mengharapkan anak.
b. Riwayat persalinan yang lalu.
Apakah
klien melakukan proses persalinan di petugas kesehatan atau di dukun
c. Grade multi.
d. Abortus
yang sering curettage yang sering.
e. Riwayat penggunaan alat kontrasepsi.Seperti penggunaan
IUD
f. Adanya keluhan haid, keluarnya darah haid dan bau yang
menyengat. Kemungkinan adanya infeksi.
6. Riwayat kesehatan keluarga
a. Hal
yang perlu dikaji kondisi kesehatan suami
b. Suami mengalami infeksi system urogenetalia, dapat
menular pada istri dan dapat mengakibatkan infeksi pada celvix.
7. Riwayat psikososial
Tindakan
salpingektomi menyebabkan infertile. Mengalami gangguan konsep diri, selain itu
menyebabkan kekhawatiran atau ketakutan.
8. Pada kebiasaan sehari-hari
Pola
aktivitas sehari-hari yang perlu dikaji pada kehamilan ektopik adalah :
a. Pola Nutrisi
Pada
rupture tube keluhan yang paling menonjol selain nyeri adalah Nausea dan
vomiting karena banyaknya darah yang terkumpul di rongga abdomen
b. Eliminasi
Pada
BAB klien ini dapat menimbulkan resiko terhadap konstipasi itu diakibatkan
karena penurunan peristaltik usus, imobilisasi, obat nyeri, adanya intake
makanan dan cairan yang kurang. Sehingga tidak ada rangsangan dalam pengeluaran
faeces. Pada
BAK klien mengalami output urine yang menurun < 1500 ml/hr, karena intake
makanan dan cairan yang kurang.
c. Personal Hygiene
Luka
operasi dapat mengakibatkan pembatasan gerak, takut untuk melakukan aktivitas
karena adanya kemungkinan timbul nyeri, sehingga dalam personal hygiene
tergantung pada orang lain.
d. Pola Aktivitas (istirahat tidur)
e. Terjadi
gangguan istirahat, nyeri pada saat infeksi/defekasi akibat hematikei
retropertonial menumpuk pada cavum Douglas
9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Tergantung
banyaknya darah yang keluar dan tuba, keadaan umum ialah kurang lebih normal
sampai gawat dengan shock berat dan anemi (Prawiroharjo, 1999 ; 255).
b. Pemeriksaan kepala dan leher
Muka
dan mata pucat, conjungtiva anemis (Prawiroharjo, 1999 ; 155)
c. Pemeriksaan leher dan thorax
1. Tanda-tanda kehamilan ektopik terganggu tidak dapat
diidentifikasikan melalui leher dan thorax
2. Payudara pada KET, biasanya mengalami perubahan.
d. Pemeriksaan Abdomen
Pada
abortus tuba terdapat nyeri tekan di perut bagian bawah disisi uterus, dan pada
pemeriksaan luar atau pemeriksaan bimanual ditemukan tumor yang tidak begitu
padat, nyeri tekan dan dengan batas-batas yang tidak rata disamping uterus.
Hematokel retrouterina dapat ditemukan. Pada repture tuba
perut menegang dan nyeri tekan, dan dapat ditemukan cairan bebas dalam rongga
peritoneum. Kavum Douglas menonjol karena darah yang berkumpul ditempat
tersebut baik pada abortus tuba maupun pada rupture tuba gerakan pada serviks
nyeri sekali (Prawiroharjo S, 1999, hal 257).
e. Pemeriksaan Genetalia
1. Sebelum dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaan
genetalia eksterna dapat ditemukan adanya perdarahan pervagina. Perdarahan dari
uterus biasanya sedikit- sedikit, berwarna merah kehitaman.
2. Setelah dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaan
genetalia dapat ditemukan adanya darah yang keluar sedikit.
f. Pemeriksaan Ekstrimitas
Pada
ekstrimitas atas dan bawah biasanya ditemukan adanya akral dingin akibat syok
serta tanda-tanda cyanosis perifer pada tangan dan kaki
10. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan umum Penderita tampak kesakitan dan pucat,
pada perdarahan dalam rongga perut tanda-tanda syok dapat ditemukan pada jenis
tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit mengembung dan nyeri tekan.
b. Pemeriksaan Genekologi
Tanda-tanda
kehamilan muda mungkin ditemukan, pergerakan serviks menyebakan rasa nyeri.
Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang
teraba tumor disamping uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Kavum Douglas
yang menonjol dan nnyeri raba merunjukkan adanya hematokel retrouterina, suhu
kadang-kadang naik, sehingga menyukarkan perbedaaan dengan infeksi serviks.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan
hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna dalam menegakkan diagnosisi
kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam
rongga perut. Pada kasus jenis tidak mendadak biasanya ditemukan anemia, tetapi
harus diingat bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam
(Prawiroharjo S, 2002 ; 330).
B.
Analisa
Data
Analisa data adalah
kemampuan menggabungkan data dan mengkaitkan data tersebut dengan konsep yang
relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan
keperawatan.
Dalam analisa data ini
pengelompokan data dilakukan berdasarkan reaksi baik subyektif maupun obyektif
yang digunakan untuk menentukan masalah dan kemungkinan penyebab.
C.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan
merupakan suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia (status kesehatan
atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti
untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito,
2000).
Diagnosa yang mungklin
timbul pada kehamilan ektopik terganggu adalah sebagai berikut :
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan tubuh berhubungan
dengan perdarahan.
Rasional
: Adanya darah yang keluar dari
vagina dan perdarahan intra abdominal dapat mengakibatkan kurangnya cairan
tubuh.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan adanya
rupture tuba atau robekan lapisan pelvis.
Rasional : Adanya
pemutusan jaringan dalam tubuh akan menimbulkan rangsangan saraf meningkat
sehingga timbul rasa nyeri yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman pada
klien.
3. Porensial shock berhubungan dengan perdarahan yang hebat
Rasional
: Rupture tuba mengakibatkan
terjadinya perdarahan yang banyak sehingga volume darah dalam tubuh berkurang.
Adanya darah kurang dapat terjadi penurunan cardiac output sehingga
menimbulkan.
4. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang kesuburan yang terancam.
Rasional:
Setiap orang berbeda pandangan
dalam menghadapi tindakan pembedahan yang akan dilaksanakan sehingga responnya
berbeda pula, cemas merupakan respon emosi klien adalah kejadian normal ketika
klien dihadapkan pada hal yang asing baginya.
D.
Intervensi
Perencanaan
merupakan bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan yang
meliputi tujuan perawatan penetapan pencegahan masalah dan menentukan tujuan
perencanaan untuk mengatasi masalah klien (Hidayat A. Azis Alimul, 2001 ; 30).
Rencana keperawatan
pada klien kehamilan ektopik terganggu adalah sebagai berikut :
1. Gangguan pemebuhan kebutuhan cairan tubuh sehubungan
dengan perdarahan.
a. Tujuan :
Perdarahan terhenti
b. Kriteria evaluasi : Tidak ada tanda-tanda shock
c. Intervensi :
1) Kaji
perdarahan (jumlah, warna, gumpalan)
Rasional : Untuk
mengetahui adanya gejala shock.
2) Cek Hemoglobin
Rasional : Mengetahui
adanya enemi atau tidak
3) Anjurkan klien
untuk banyak minum
Rasional : Dengan banyak minum maka dapat membantu
mengganti cairan tubuh yang hilang.
4) Kolaborasi
dengan tim medis tentang pemberian tranfusi darah
Rasional : Untuk
mengganti perdarahan yang banyak keluar.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan adanya
tuba atau robekan lapisan pelvis.
a. Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang
b. Kriteria evaluasi : Ekspresi wajah klien tidak
menyeringai menahan nyeri
c. Intervensi
1) Kaji tingkat
nyeri klien
Rasional : Untuk
mengetahui tingkat nyeri klien dar mengetahui tindakan yang akan dilakukan
selanjutnya.
2) Kaji durasi,
lokasi, frekuensi, jenis nyeri (akut, kronik, mendadak, terus - menerus)
Rasional : Dengan mengetahui hal tersebut diatas dapat
mengetahui tingkat dan jenis nyeri sehingga mempermudah intervensi selanjutnya.
3) Ciptakan
lingkungan yang nyaman bagi klien.
Rasional : Dengan
menciptakan lingkungan yang nyaman bagi klien akan dapat mengurangi rasa nyeri
klien, karena lingkungan yang tidak menambah persepsi nyeri klien.
4) Anjurkan
tehnik relaksasi, distraksi
Rasional : Dengan mengajarkan tehnik relaksasi, distraksi
dapat meringankan nyeri.
5) Kompres Dingin
Rasional : Dengan memberikan kompres dingin akan
memberikan rasa nyaman pada klien sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.
6) Berikan
support system
Rasional : Dengan
memberikan support system agar ibu dapat mengerti tentang perubahan bentuk
tubuhnya yang cepat karena ada kelainan pada tubuhnya sehingga ibu dapat tenang
pada saat dilakukan tindakan.
7) Lakukan
massage pada klien
Rasional : Dengan
melakukan massage akan memberikan rasa nyaman pada ibu.
8) Atur posisi
yang nyaman bagi klien
Rasional : Dengan mengatur posisi yang nyaman bagi klien
akan mengurangi rasa nyeri
9) Kolaborasi
dengan tim medis
Rasional : Berkolaborasi
akan membantu di dalam memberikan terapi analgesic.
3. Potensial Shock sehubungan dengan perdarahan yang hebat
a. Tujuan : Perdarahan berhenti
b. Kriteria evaluasi : Hb klien normal ( 11 - 13 ) gr %
c. Intervensi
1) Monitor tanda
- tanda vital
Rasional : Monitor tanda-tanda vital akan mengetahui
keadaan dan perkembangan klien.
2) Kaji
perdarahan (jumlah, warna, gumpalan)
Rasional : Mengkaji
perdarahan, jumlah, warna, gumpalan akan mengetahui gejala-gejala shock.
3) Cek Hemoglobin
Rasional : Cek
Hb akan mengetahui keadaan Hb klien.
4) Pasang infus
Rasional : Memberikan
infus akan menggantikan cairan yang keluar.
5) Lakukan
pemeriksaan rhesus golongan darah
Rasional : Pemeriksaan
tersebut memudahkan melakukan transfusi
6) Berikan
transfusi darah
Rasional : Memberikan
transfusi darah akan menggantikan banyaknya darah yang keluar
7) Observasi
tanda-tanda shock
Rasional : Mengobservasi
tanda-tanda shock akan dapat segera mengetahui adanya kemungkinan shock.
4. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang kesuburan yang terancam
a. Tujuan : Rasa cemas klien hilang
b. Kriteria evaluasi : Klien dapat mengungkapkan perasaannya secara terbuka
c. Intervensi :
1) Kaji tingkat
kecemasan
Rasional : Mengetahui tingkat kecemasan akan mengetahui
tingkat cemas klien.
2) Kaji tingkat
pengetahuan klien
Rasional : Mengkaji tingkat pengetahuan klien akan dapat
mengetahui latar belakang kehidupan klien.
3) Ajak klien
untuk lebih terbuka
Rasional : Sikap
terbuka akan mudah mengungkap masalah yang dihadapi klien yang dapat membantu
penyembuhan.
4) Berikan
penjelasan tentang proses penyakit yang sedang diderita.
Rasional : Memberikan
penjelasan pada klien akan membantu menenangkan jiwa klien.
5) Anjurkan pada
keluarga untuk memberikan support system.
Rasional :
Memberikan support sistem akan membantu memberikan semangat bagi klien.
E.
Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik (Iyar et. al., 1996). Dari pernyataan diatas dapat diungkapkan bahwa
pelaksanaan realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Dalam
pelaksanaan ini harus disesuaikan dengan sumber data, sarana dan prasarana yang
ada. Partisipasi dari klien dan keluarganya sangat diperlukan dalam pelaksanaan
ini serta peran dan fungsi perawatan harus dapat dijalankan dengan
komprehensif, selain itu perawat juga berkolaborasi dengan anggota tim
kesehatan yang lain.
F.
Evaluasi
Evaluasi adalah sebagai sesuatu yang direncanakan dan
perbandingan yang sistematik pada status kesehatan klien (Nursalam, 2001 ;
71).Yang dimaksud tujuan tercapai jika klien menunjukkan perubahan sesuai
kriteria yang ditetapkan. Tujuan tercapai sebagian bila klien hanya menunjukkan
perubahan sebagian dari kriteria yang ditetapkan. Sedang tujuan tidak tercapai
jika klien tidak menunjukkan perubahan / kemajuan sama sekali. Adapun untuk
mengetahui itu berhasil / tidak dapat menggunakan metode dengan catatan
perkembangan (Subyektif data, obyektif data, Analisa data, plan / SOAP).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehamilan
Ektopik Terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang mengalami abortus ruptur
pada dinding tuba.
Suatu kehamilan disebut kehamilan ektopik bila zigot terimplantasi di lokasi-lokasi selain cavum uteri, seperti di ovarium, tuba, serviks, bahkan rongga abdomen.
Suatu kehamilan disebut kehamilan ektopik bila zigot terimplantasi di lokasi-lokasi selain cavum uteri, seperti di ovarium, tuba, serviks, bahkan rongga abdomen.
B.
Saran
Lakukanlah
asuhan keperawatan sesuai dengan teori yang sudah dipelajari dan sesuai dengan
situasi dan kondisi maupun instrument kesehatan yang ada di rumah sakit. Jangan
lupa juga untuk selalu memperhatikan SOP bila prosedur yang kita lakukan di
rumah sakit