BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kehamilan
sungsang atau posisi sungsang adalah posisi dimana bayi di
dalam rahim berada dengan kepala di atas sehingga
pada saat persalinan
normal, pantat atau kaki si bayi yang akan keluar terlebih dahulu dibandingkan
dengan kepala pada posisi normal. Kehamilan sungsang didiagnosis melalui
bantuan ultrasonografi
(USG).Kehamilan sungsang dapat disebabkan oleh banyak hal
antara lain kelahiran kembar, cairan amniotik yang berlebihan, hidrosefalus, anencefaly,
ari-ari yang pendek dan kelainan rahim.Sekitar
3-4% bayi berada dalam posisi ini ketika lahir. Dalam persalinan prematur, kemungkinan
bayi berada dalam posisi sungsang lebih tinggi. Pada umur kehamilan 28 minggu,
kemungkinan bayi berada dalam posisi sungsang adalah 25%. Angka tersebut akan
turun seiring dengan umur kehamilan mendekati 40 minggu.
B.
Rumusan Masalah
Kehamilan sungsang merupakan
salah satu permasalahan yang terjadi pada ibu pasca hamil rumusan masalan yaitu.
1. Apakah
pengertian Kehamilan sungsang ?
2. Apakah
etiologi Kehamilan sungsang ?
3. Apakah
faktor penyebab Kehamilan sungsang ?
4. Bagaimana
penatalaksanaan Kehamilan sungsang ?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui teori dasar kehamilan
sungsang
2. Untuk mengetahui tindakan yang tepat untuk menyelamatkan
janin atau penatalaksanaannya
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Defenisi
Letak
sungsang adalah janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong di bagian bawah kavum uteri. Pada letak sungsang,
berturut-turut lahir bagian yang makin lama makin besar, dimulai dari lahirnya
bokong, bahu, kemudian kepala. Angka kematian bayi pada persalinan letak
sungsang lebih banyak disbanding letak kepala, menurut Eastman sebesar
12-14%.
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni: presentasi bokong,
presentasi bokong kaki sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan
presentasi kaki. Pada presentasi bokong, akibat ekstensi kedua sendi lutut,
kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau
kepala janin. Dengan demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong.
Pada presentasi bokong kaki sempurna disamping bokong dapat diraba kedua kaki.
Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki disamping
bokong sedangkan kaki yang lain terangkat keatas.
B.
Etiologi
Penyebab dari janin letak sungsang adalah multiparitas,
prematuritas, kehamilan ganda, hidramnion, hidrosefalus, anensefalus, plasenta
previa, panggul sempit, kelaianan uterus dan kelainan bentuk uterus, implantasi
plasenta di kornu fundus uteri.
Di referensi lain menyebutkan bahwa letak janin dalam
uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan didalam uterus.
Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih
banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian
janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak
lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah
air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat
lebih besar di fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih
kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada
kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan
pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi
kepala. Faktor- faktor lain yang memegang peranan dalam terjadinya letak
sungsang diantaranya ialah multiparitas, hamil kembar, hidramnion,
hidrosefalus, placenta previa dan panggul sempit. Kadang- kadang letak sungsang
disebabkan oleh kelainan uterus dan kelainan bentuk uterus. Placenta yang
terletak di daerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang,
karena plasenta mengurangi luas ruangan di daerah fundus.
C.
Prognosis
Angka kematian bayi pada
persalinan letak sungsang lebih tinggi bila dibandingkan dengan letak kepala.
Di RS Karjadi Semarang, RS Umum Dr. Pringadi Medan dan RS Hasan Sadikin Bandung
didapatkan angka kematian perinatal masing-masing 38,5%, 29,4% dan 16,8%.
Eastmen melaporkan angka-angka kematian perinatal antara 12-14%. Sebab kematian
perinatal yang terpenting akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan
panggul pada waktu kepala memasuki rongga panggul serta akibat retraksi uterus
yang dapat menyebabkan lepasnya placenta sebelum kepala lahir. Kelahiran kepala
janin yang lebih lama dari 8 menit umbilicus dilahirkan akan membahayakan
kehidupan janin. Selain itu bila janin berbafas sebelum hidung dan mulut lahir
dapat membahayakan karena mucus yang terhisap dapat menyumbat jalan nafas.
Bahaya asfiksia janin juga terjadi akibat tali pusat menumbung, hal ini sering
dijumpai pada presentasi bokong kaki sempurna atau bokong kaki tidak sempurna,
tetapi jarang dijumpai pada presentasi bokong
D.
Klasifikasi
1. Frank
Breech/Letak Bokong. Letak bokong dengan kedua tungkai kaki terangkat ke
atas, kadang kaki sampai menyentuh telinga.
2. Complete
Breech/Letak Sungsang Sempurna. Letak bokong di mana kedua kaki ada di
samping bokong (letak bokong kaki sempurna/lipat kejang). Seakan posisi bayi
“jongkok” dengan bokong di atas mulut rahim, lutut terangkat ke perut.
3. Incomplete
Breech/Singel Footling Breech. Bila satu kaki di atas dan kaki yang
lainnya di bawah, dalam dunia kedokteran disebut presentasi bokong kaki.
Tetapi, kasus letak sungsang jenis ini jarang ditemui.
Selain dapat terjadi secara fisiologis atau
normal, sungsang dapat juga disebabkan oleh penyebab lain, diantaranya adalah :
1. Kelainan
dari rahim, sebut saja terdapat sekat pada rahim, bisa juga karena rahim
bentuknya menyerupai angka 7
2. Ada
miom dalam rahim yang mendesak
3. Adanya
lilitan tali pusat sehingga bayi tidak bisa memutar
4. Placenta
previa, yakni placenta yang menutupi jalan lahir
5. Kepala
bayi yang terlampau besar (hidrosefalus)
6. Ukuran
bayi lebih besar daripada panggul ibu
7. Kehamilan
bayi kembar
8. Multiparitas,
seperti kehamilan anak ke-2,3,4, dst.
Gambar
: 2.1 (sumber. ADAM)
E.
Komplikasi
Komplikasi
persalinan letak sungsang antara lain:
1. Dari faktor ibu:
a. Perdarahan oleh karena trauma jalan
lahir atonia uteri, sisa placenta.
b. Infeksi karena terjadi secara
ascendens melalui trauma (endometritits)
c. Trauma persalinan seperti trauma
jalan lahir, simfidiolisis.
2. Dari faktor bayi :
a. Perdarahan seperti perdarahan
intracranial, edema intracranial, perdarahan alat-alat vital intra-abdominal.
b. Infeksi karena manipulasi
c. Trauma persalinan seperti
dislokasi/fraktur ektremitas, persendian leher, rupture alat-alat vital
intraabdominal, kerusakan pleksus brachialis dan fasialis, kerusakan pusat
vital di medulla oblongata, trauma langsung alat-alat vital (mata, telinga,
mulut), asfiksisa sampai lahir mati
F.
Penatalaksanaan
1. Dalam
kehamilan
Pada
umur kehamilan 28-30 minggu ,mencari kausa daripada letak sungsang yakni dengan
USG; seperti plasenta previa, kelainan kongenital, kehamilan ganda, kelainan
uterus. Jlka tidak ada kelainan pada hasil USG, maka dilakukan knee chest position atau
dengan versi luar (jika tidak ada kontraindikasi). Versi luar sebaiknya
dilakukan pada kehamilan 34-38 minggu.
Pada
umumnya versi luar sebelum minggu ke 34 belum perlu dilakukan karena
kemungkinan besar janin masih dapat memutar sendiri, sedangkan setelah minggu
ke 38 versi luar sulit dilakukan karena janin sudah besar dan jumlah air
ketuban relatif telah berkurang. Sebelum melakukan versi luar diagnosis letak janin
harus pasti sedangkan denyut jantung janin harus dalam keadaan baik.
Kontraindikasi untuk melakukan versi luar; panggul sempit, perdarahan
antepartum, hipertensi, hamil kembar, plasenta previa. Keberhasilan versi luar
35-86 % (rata-rata 58 %). Peningkatan keberhasilan terjadi pada multiparitas,
usia kehamilan, frank
breech, letak lintang. Newman membuat prediksi keberhasilan versi
luar berdasarkan penilaian seperti Bhisop skor (Bhisop-like score).
Kalau
versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut,
penggunaan narkosis dapat dipertimbangkan, tetapi kerugiannya antara lain:
narkosis harus dalam, lepasnya plasenta karena tidak merasakan sakit dan
digunakannya tenaga yang berlebihan, sehingga penggunaan narkosis dihindari
pada versi luar
2. Dalam
Persalinan
Menolong
persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak ketekunan dan kesabaran
dibandingkan dengan persalinan letak kepala. Pertama-tama hendaknya ditentukan
apakah tidak ada kelainan lain yang menjadi indikasi seksio, seperti kesempitan
panggul, plasenta previa atau adanya tumor dalam rongga panggul.
Pada
kasus dimana versi luar gagal/janin tetap letak sungsang, maka penatalaksanaan
persalinan lebih waspada. Persalinan pada letak sungsang dapat dilakukan
pervaginam atau perabdominal (seksio sesaria). Pervaginam dilakukan jika tidak
ada hambatan pada pembukaan dan penurunan bokong. Syarat persalinan pervaginam
pada letak sungsang: bokong sempurna (complete)
atau bokong murni (frank
breech), pelvimetri, klinis yang adekuat, janin tidak terlalu
besar, tidak ada riwayat seksio sesaria dengan indikasi CPD, kepala fleksi.
Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung melalui tiga tahap yaitu:
a. Persalinan
Bokong
b. Persalinan
Bahu
c. Persalinan
Kepala Janin
3. Prosedur
persalinan bayi sunsang (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
Neonatal, 2002)
a. Langkah
klinik
1) Persetujuan
tindakan medic
2) Persiapan
Pasien :
a) Ibu
dalam posisi litotomi pada tempat tidur persalinan
b) Mengosongkan
kandung kemih , rektum serta membersihkan daerah perenium dengan antiseptic
b. Instumen
1) Perangkat
untuk persalinan
2) Perangkat
untuk resusitasi bayi
3) Uterotonika
(Ergometrin maleat, Oksitosin)
4) Anastesi
lokal (Lidokain 2%)
5) Cunam
piper, jika tidak ada sediakan cunam panjang
6) Semprit
dan jarum no.23 (sekali pakai)
7) Alat-alat
infuse
8) Povidon
Iodin 10%
9) Perangkat
episiotomi dan penjahitan luka episiotomy
c. Persiapan
penolong
1) Pakai
baju dan alas kaki ruang tindakan, masker dan kaca mata pelindung
2) Cuci
tangan hingga siku dengan di bawah air mengalir
3) Keringkan
tangan dengan handuk DTT
4) Pakai
sarung tangan DTT / steril
5) Memasang
duk (kain penutup)
Tindakan
Pertolongan Partus Sungsang
1) Lakukan
periksa dalam untuk menilai besarnya pembukaan, selaput ketuban dan penurunan
bokong serta kemungkinan adanya penyulit.
2) Intruksikan
pasien agar mengedan dengan benar selama ada his.
3) Pimpin
berulang kali hingga bokong turun ke dasar panggul, lakukan episiotomi saat
bokong membuka vulva dan perineum sudah tipis.
d. Melahirkan
bayi
1) Cara
bracht
a) Segera
setelah bokong lahir, bokong dicekam secara bracht (kedua ibu jari penolong
sejajar dengan panjang paha, jari-jari yang lain memegang daerah panggul).
b) Jangan
melakukan intervensi, ikuti saja proses keluarnya janin.
c) Longgarkan
tali pusat setelah lahirnya perut dan sebagian dada.
d) Lakukan
hiperlordosis janin pada saat anguluc skapula inferior tampak di bawah simfisis
(dengan mengikuti gerak rotasi anterior yaitu punggung janin didekatkan ke arah
perut ibu tanpa tarikan) disesuaikan dengan lahirnya badan bayi.
e) Gerakkan
ke atas hingga lahir dagu, mulut, hidung, dahi dan kepala.
f) Letakkan
bayi di perut ibu, bungkus bayi dengan handuk hangat, bersihkan jalan nafas
bayi, tali pusat dipotong.
2) Cara
klasik
Pengeluaran bahu dan tangan
secara klasik dilakukan jika dengan Bracht baht dan tangan tidak bisa lahir.
Prosedur :
a) Segera
setelah bokong lahir, bokong dicekam dan dilahirkan sehingga bokong dan kaki
lahir.
b) Tali
pusat dikendorkan.
c) Pegang
kaki pada pergelangan kaki dengan satu tangan dan tarik ke atas
·
Dengan tangan kiri dan menariknya ke arah
kanan atas ibu untuk melahirkan bahu kiri bayi yang berada di belakang.
·
Dengan tanggan kanan dan menariknya ke arah
kiri atas ibu untuk melahirkan bahu kanan bayi yang berada di belakang.
d) Masukkan
dua jari tangan kanan atau kiri (sesuai letak bahu belakang) sejajar dengan
lengan bayi, untuk melahirkan lengan belakang bayi.
e) Setelah
bahu dan lengan belakang lahir kedua kaki ditarik ke arah bawah kontra lateral
dari langkah sebelumnya untuk melahirkan bahu dan lengan bayi depan dengan cara
yang sama.
3) Cara
muller
Pengeluaran bahu dan tangan
secara Muller dilakukan jika dengan cara Bracht bahu dan tangan tidak bisa
lahir. Melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan menarik kedua kaki dengan
cara yang sama seperti klasik, ke arah belakang kontra lateral dari letak bahu
depan. Setelah bahu dan lengan depan lahir dilanjutkan langkah yang sama untuk
melahirkan bahu dan lengan belakang.
4) Cara
lovset (Dilakukan bila ada lengan bayi yang terjungkit di belakang kepala /
nuchal arm)
a) Setelah
bokong dan kaki bayi lahir memegang bayi dengan kedua tangan. Memutar bayi 180o
dengan lengan bayi yang terjungkit ke arah penunjuk jari tangan yang muchal.
b) Memutar
kembali 180o ke arah yang berlawanan ke kiri atau ke kanan beberapa kali hingga
kedua bahu dan lengan dilahirkan secara Klasik atau Muller.
5) Ekstraksi
kaki
Dilakukan bila kala II tidak
maju atau tampak gejala kegawatan ibu-bayi. Keadaan bayi / ibu mengharuskan
bayi segera dilahirkan
a) Tangan
kanan masuk secara obstetrik melahirkan bokong, pangkal paha sampai lutut,
kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah
menjadi fleksi,tangan yang lain mendorong fundus ke bawah. Setelah kaki fleksi
pergelangan kaki dipegang dengan dua jari dan dituntun keluar dari vagina
sampai batas lutut.
b) Kedua
tangan penolong memegang betis janin, yaitu kedua ibu jari diletakkan di
belakang betis sejajar sumbu panjang paha dan jari-jari lain di depan betis,
kaki ditarik turun ke bawah sampai pangkal paha lahir.
c) Pegangan
dipindah ke pangkal paha sehingga mungkin dengan kedua ibu jari di belakang
paha, sejajar sumbu panjang paha dan jari lain di depan paha.
d) Pangkal
paha ditarik curam ke bawah sampai trokhanter depan lahir kemudian pangkal paha
dengan pegangan yang sama dievaluasi ke atas hingga trokhanter belakang lahir.
Bila kedua trokhanter lahir berarti bokong telah lahir.
e) Sebaliknya
bila kaki belakang yang dilahirkan lebih dulu, maka yang akan lahir lebih
dahulu ialah trokhanter belakang dan untuk melahirkan trokhanter depan maka
pangkal paha ditarik terus cunam ke bawah.
f) Setelah
bokong lahir maka dilanjutkan cara Clasik , atau Muller atau Lovset.
6) Teknik
ekstraksi bokong
Dikerjakan bila presentasi
bokong murni dan bokong sudah turun di dasar panggul, bila kala II tidak maju
atau tampak keadaan janin lebih dari ibu yang mengharuskan bayi segera
dilahirkan.
a) Jari
penunjuk penolong yang searah dengan bagian kecil janin, dimasukkan kedalam
jalan lahir dan diletakkan dilipatan paha bagian depan. Dengan jari ini lipat
paha atau krista iliaka dikait dan ditarik curam ke bawah. Untuk memperkuat
tenaga tarikan ini, maka tangan penolong yang lain menekam pergelangan tadi dan
turut menarik curam ke bawah.
b) Bila
dengan tarikan ini trokhanter depan mulai tampak di bawah simfisis, maka jari
telujuk penolong yang lain mengkait lipatan paha ditarik curam ke bawah sampai
bokong lahir.
c) Setelah
bokong lahir, bayi dilahirkan secara Clasik , atau Muller atau Lovset.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengumpulan
data
a. Data
subyektif
Biodata. Pada usia muda sering terjadi
kelainan letak sungsang, karena perkembangan panggul belum optimal, kesempitan
panggul merupakan faktor predisposisi persalinan letak sungsang.
1) Keluhan
utama
Nyeri saat
pergerakan anak, terasa penuh dibagian atas dan gerakan terasa dibagian bawah.
2) Adanya his,
kemungkinan keluarnya bloodslym, meconium dan cairan pervaginam.
3) Riwayat
kesehatan keluarga
Kemungkinan adanya keturunan hamil kembar dan hamil
sungsang.
4) Riwayat
kesehatan dahulu
Adanya riwayat rachitis, asteomalasia, TBC tulang,
dapat mengakibatkan kelainan atau perubahan bentuk panggul (kesempitan panggul)
adanya riwayat kelainan uterus maupun bentuknya, tumor uterus ataupun panggul
yang merupakan faktor predisposisi terjadinya letak sungsang.
5) Riwayat
obstetric
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Pernah
mengalami letak sungsang,kehamilan dengan hidramnion dan pernah melahirkan
prematur.
6) Psikososial dan spiritual.
Resiko psikologis yang terjadi berkaitan dengan
bayangan resiko kehamilan dan proses persalinan, sehingga wanita sangat
emosional dalam upaya mempersiapkan atau mewaspadai segala sesuatu yang mungkin
dihadapi. Kelainan letak anak abnormal (sungsang) dapat meningkatkan kecemasan.
b. Data
obyektif
Didapat melalui observasi dan pemeriksaan terhadap
klien meliputi :
1) Tinggi badan
Kemungkinan besar dijumpai pada fungsi badan yang
kurang dari normal (<145 cm) karena keadaan ini sangat menunjang adanya
kesempitan panggul merupakan faktor predisposisi dari kehamilan dengan
letak sungsang.
2) Palpasi
abdomen
Ø Leopold
I : Teraba bagian yang bulat, keras, melenting
pada fundus uteri.
Ø Leopold
II : Teraba bagian yang keras, datar, memanjang seperti
papan, pada arah yang berlawanan (punggung).
Ø Leoplold III
: Teraba bagian yang kurang bulat, lunak dan tidak melenting pada bagian
bawah uterus (bokong).
Ø Leoplold IV
: Kedua jari tangan divergen/sejajar dan convergen.
3) Auskultasi. DJJ terdengar
lebih tinggi/sejajar dengan pusat (setelah kanan/kiri/tepat pada pusat).
4) Pemeriksaan
panggul luar. Kemungkinan adanya kesempatan
panggul
5) Pemerikasaan
panggul luar
Ø Dapat teraba
bokong yang ditandai oleh adanya sakrum, kedua tuber ossis issiadikum dan anus
pada presentasi bokong murni.
Ø Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua
kaki dapat teraba disamping bokong.
Ø Pada
presentasi bokong kaki tidak sempurna, akan teraba satu kaki disamping bokong.
Ø Pada presentasi kaki/lutut akan teraba
satu/dua kaki/lutut.
2.
Analisa data
Data yang
telah terkumpul kemudian dianalisa, bidan melakukan analisa berdasarkan urutan
sebagai berikut :
a.
Memenuhi hubungan fakta yang satu dengan lainnya yang
mencari sebab dan akibat.
b.
Menentukan masalah dan apa masalah sebenarnya.
c.
Menentukan penyebab utamanya.
d.
Menentukan tingkat resiko masalah.
B. Diagnosa
1.
Resiko perpanjangan kala I berhubungan
dengan kurangnya tekanan bagian terendah janin terhadap jalan lahir.
a.
Tujuan
1.
Pada primigravida dalam waktu 18 jam kala I
terlampaui.
2.
Pada multigravida dalam waktu 12 jam kala I terlampaui
b.
Kriteria
1.
Klien ingin mengejan.
2.
His adekuat tiap menit lama 40”-60” fase aktif.
3.
His adekuat fase laten dalam 10 menit 2-3 x, lama
20”-40”.
c. Intervensi
1.
Berikan penjelasan tentang kondisi dan tindakan yang akan
dilakukan. Rasional: Klien lebih mengerti keadaanya sehingga lebih
kooperatif.
2.
Anjurkan ibu untuk menarik nafas panjang saat ada his.
Rasional : Otot dan pembuluh darah uterus mengalami relaxasi
mencegah hipoxia janin dan mencegah kelelahan pada ibu.
3.
Lakukan observasi CHBPK tiap 30 menit. Rasional : Indetifikasi kemajuan persalinan.
4.
Bila bokong sudah masuk PAP ketuban + untuk
jalan-jalan. Rasional : Menambah
tekanan bagian terendah janin terhadap jalan lahir.
5.
Usahakan blass kosong. Rasional: Blass penuh menghambat penurunan
bagian terendah janin masuk panggul.
6.
Bantu klien makan dan minum. Rasional: Menambah energi untuk mengejar ibu.
7.
Lakukan VT tiap 4 jam atau sewaktu bila ada indikasi. Rasional: Identifikasi penurunan bokong pada
bidang hodge panggul.
8.
Bila ada tanda melewati garis waspada rujuk. Rasional: Fungsi interdepent menangani kedarutan klien.
9.
Kolaborasi dengan tim medis bila terjadi berpanjangan
kala I. Rasional: Fungsi
dependent untuk mengatasi masalah yang darurat dan harus cepat ditangani dengan
benar.
2.
Resiko terjadi kemacetan kelahiran bahu dan kepala
sampai dengan letak sungsang.
a.
Tujuan
1. Pada
primigravida dalam waktu 1,5 jam kala II terlampai.
2. Pada
multigravida dalam waktu 30 menit kala II terlampaui
b. Kriteria
1. Bayi lahir menangis
keras.
2. AS 1 menit
dan 5 menit pertma normal (7-9).
3. Bayi lahir
seluruhnya mulai dari umbilicus sampai seluruh badan < 8 menit.
c. Intervensi
1.
Kandung kemih tetap kosong dengan memotivasi ibu untuk
berkemih sesering mungkin (tiap 2 jam). Rasional : Kandung
kemih yang penuh dapat menggangu/menghambat penurunan bagian terendah.
2.
Tanda vital tiap 30 menit (TD, RR, PULSE, SUHU). Rasional: Deteksi dini terjadinya penyimpangan dari keadaan normal ibu.
3.
Berikan/bantu ibu dalam pemberian makan dan minum. Rasional : Menambah energi untuk mengejar dan tenaga ibu.
4.
Lakukan asuhan sayang ibu (dengan cara, mendampingi,
menjaga kebersihan ibu, memberi rasa nyaman dengan melap dengan wash lap,
masase). Rasional : Ibu merasa diperhatikan dan terlindungi.
5.
Kolaborasi dengam tim medis bila ada penyulit dalam
persalinan. Rasional : Pertolongan
darurat dapat diberikan bila dibutuhkan fungsi dependent bidan dalam
pertolongan persalinan sungsang.
3.
Cemas sehubungan dengan proses persalinan pada letak
sungsang.
a.
Tujuan :
1.
Cemas teratasi/rasa cemas hilang.
b.
Kriteria
1.
Ibu tenang, mengerti dan mampu bersikap kooperatif
terhapap tindakan yang diberikan.
2.
Ekspresi ibu puas terhadap tindakan yang diberikan
petugas.
c.
Intervensi
1.
Lakukan komunikasi therapeutik. Rasional : Hubungan harmonis menimbulkan rasa aman, percaya pada petugas.
2.
Jelaskan keadaan ibu dan janin sampai saat ini
baik-baik saja. Rasional :Penjelasan
yang konkrit tidak rekayasa akan menotivasi ibu lebih tenang dan kooperatif
dalam tindakan.
3.
Berikan penjelasan pada klien bahwa cemas yang
berlebihan mempengaruhi keselamatan bayinya. Rasional: Cemas merangsang hormon adrenalin meningkat yang berakibat timbulnya
hipoxia pada janin.
4.
Berikan penjelasan tentang tindakan pertolongan
persalinan yang akan dilakukan pada letak sungsang. Rasional :Ibu lebih tenang dan aman setelah mendapatkan gambaran tindakan pertolongan
persalinan yang akan diberikan.
5.
Ajarkan teknik distraksi dengan diskusi terbuka. Rasional :Merangsang fokus perhatian ibu terhadap prosespersalinan.
6.
Bimbing ibu untuk berdoa sesuai agama dan kepercayaan.
Rasional :Ibu lebih tenang, yakin bahwa Tuhan YME melindungi keselamatan diri dan
janinnya.
7.
Lakukan observasi TTV tiap 4 jam. Rasional : Identifikasi tingkat ibu dari hasil tekanan darah dan nadi yang
meningkat.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Letak sungsang
adalah janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong di
bagian bawah kavum uteri. Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin
terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian
bawah kavum uteri.
B.
Saran
Untuk selalu menggunakan SOP
(Standar Operating Prosedur) di rumah sakit dalam menangani kelahiran sunsang
ini.